DIPORATNA MUDA JUARA 1, KARANG TARUNA DESA DLINGO PERINGKAT 2

IKUTI UPACARA, BAWA PULANG GELAR JUARA

rilis
Berniat ikuti upacara Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), Jum’at 20 Mei 2016 Karang Taruna (KT) Dipo Ratna Muda dinobatkan sebagai juara I Karang Berprestasi tingkat Kabupaten Bantul.
Ungkapan rasa syukur dan bahagia tak hentinya terucap oleh pengurus KT Dipo Ratna Muda. Pasalnya, meskupin telah mengetahui bahwa KT Dipo Ratna Muda telah lolos mewakili Kabupaten Bantul, tetap saja rasa bahagia membuncah ketika Dipo Ratna Muda dinobatkan sebagai juara KT berprestasi tingkat Kabupaten Bantul. Upacara yang digelar di Lapangan Paseban Bantul ini dihadiri oleh seluruh jajaran di Kabupaten Bantul, diantaranya adalah SKPD  Kabupaten Bantul, perwakilan SMP, SMA/SMK Kab. Bantul, Linmas, Polisi, TNI Kab. Bantul. Bapak H. Abdul Halim Muslih selaku inspektur upacara menyampaikan sambutan dengan tema mengukir makna kebangkitan nasional dengan mewujudkan Indonesia yang bekerja nyata, mandiri, dan berkarakter.
IMG_20160521_132541-1280x960
Pada kesempatan selanjutnya diumumkan pula kejuaraan lomba KT berprestasai tingkat kabupaten. Dari pengumuman tersebut, KT Dipo Ratna Muda terpilih sebagai juara I mengalahkan KT lain dengann skor 996,50. Selanjutnya, juara II diperoleh KT Desa Dlingo dengan skor 940,25 dan KT Taruna Bakti Sitimulyo Piyungan dengan skor 915,75 sebagai juara ketiganya. Masduki Rahmad selaku ketua umum KT Dipo Ratna Muda mengungkapkan bahwa prsetasi ini merupakan montentum awal bagi pengurus KT Dipo Ratna Muda periode 2016-2018 untuk tetap bekerja, berkarya, dan mengabdi bersinergi dengan pemerintah guna mengatasi permasalahan dan ketahanan sosial di bawah panji karang taruna sesuai dengan tema harkitnas tahun ini. (NH)

KARANG TARUNA DESA DLINGO MENGIKUTI PELATIHAN COREL DRAW DI PERPUSDA BANTUL :



Hasil gambar untuk COREL DRAW
 Yuk ........DOWNLOAD TUTORIAL COREL DRAW X5

Dalam usaha untuk menambah pengetahun Karang Taruna Desa Dlingo akan mengikuti Pelatihan Corel Draw X5 di Perpusakaan Daerah Kabupaten Bantul pada tanggal 25 Mei 2016 Bagi teman-teman Karang Taruna yang ingin mempelajari Corel Draw untuk mendesain bermacam macam produk bergambar silakan download disini 

PERPUSTAKAAN DESA DLINGO BERSINERGI DENGAN KARANG TARUNA DESA DLINGO

Perpusda Bantul Di Taman Gabusan TVRI Yogyakarta

Kamis Wage, 19 Mei 2016 19:03 WIB 95
foto
Suasana Di Studio TVRI Yogyakarta
Kegemaran membaca perlu ditumbuhkan sejak dini. Perpustakaan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran dalam menumbuhkan kegemaran membaca. Hal itu sejalan dengan amanat Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.  Sebagai upaya mewujudkan masyarakat membaca, Kantor Perpustakaan Umum melalui Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Bantul bekerja sama dengan TVRI Stasiun Yogyakarta mensosialisasikannya dalam Taman Gabusan. Sebuah program yang ditayangkan secara langsung setiap Selasa pukul 18.00 – 19.00 WIB.
Taman Gabusan edisi 17 Mei 2016 mengambil tema “Peningkatan Minat Baca Untuk Wujudkan Bantul Gemar Membaca. Edisi kali ini bertepatan dengan Hari Buku Nasional dan menghadirkan tiga orang  narasumber yaitu : Kepala Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul, Priyo Harwijayanto, S.Si. M.Si; Kepala Bidang Pengembangan dan Layanan BPAD DIY, Drs. Bambang Budi Sulistya, M.M,; dan Pengelola Perpustakaan Desa Dlingo, Nurul Mufid.
Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul dalam melayani masyarakat Bantul telah berupaya semaksimal mungkin menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan. Setiap tahun buku selalu ditambah dengan berbagai ragam dan jenisnya, termasuk koleksi bahasa asing. Hal inilah yang menyebabkan kunjungan masyarakat ke Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul terus meningkat dari waktu ke waktu. Selain itu sarana dan fasilitas senantiasa diperbarui sehingga pengunjung merasa nyaman berada di perpustakaan. Demikian diungkapkan Kepala Perpustakaan Umum Kabupaten Bantul dalam kesempatan pertama.
Sementara Bambang Budi Sulistya menyampaikan bahwa indeks minat baca di Indonesia menurut data UNESCO hanya 0,001. Itu berarti dari setiap seribu orang  Indonesia yang punya minat membaca hanya satu orang, sedangkan indeks minat baca di DIY 0,049. DIY merupakan daerah dengan tingkat minat baca tertinggi se-Indonesia. Peningkatan minat baca harus terus dilakukan, diantaranya dengan melakukan berbagai kegiatan seperti mendongeng (story telling), lomba bercerita, maupun kegiatan lain yang terkait dengan buku dan membaca. Di samping itu sarana, prasarana dan kenyamanan ruang perpustakaan juga perlu ditingkatkan.
Dalam kaitannya dengan perpustakaan desa, Nurul Mufid mengatakan bahwa untuk mengelola perpustakaan desa diperlukan kesungguhan baik dalam hal pembiayaan, SDM maupun kegiatannya. Untuk itu Pemerintah Desa Dlingo telah menganggarkan perpustakaannya setiap tahun. Dana yang dialokasikan berasal dari APBDesa. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan perpustakaan, honor pengelola, dan pembelian buku baru. Layanan internet melalui wi-fi pun bisa diakses masyarakat 24 jam secara gratis. Perpustakaan Desa Dlingo didukung oleh karang taruna sehingga kegiatannya berjalan dengan baik.(Muf)

SUMBER : PERPUSDA BANTUL
Unlabelled

Download Naskah Pidato Sambutan Menkominfo pada Upacara Bendera Peringatan Harkitnas 2016

Download Naskah Pidato Sambutan Menkominfo pada upacara Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2016
Banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dalam rangka memperingati Harkitnas ke-108 Tahun 2016, salah satunya adalah upacara bendera peringatan Hari Kebangkitan Nasional  2016 di instansi-instansi dinas tertentu misalnya di sekolah-sekolah. Bagi Bapak/Ibu yang pada pelaksanaan upacara bendera Harkitnas 2016 mendapatkan tugas sebagai pembina upacara, Bapak/Ibu bisa membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika yang filenya juga bisa Anda unduh di link download pada halaman ini . Adapun teks pidato sambutan Menteri Kominfo pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2016 adalah seperti di bawah ini.

Download Naskah Pidato Sambutan Menteri Kominfo pada Upacara Bendera Peringatan Harkitnas 2016

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera,
Om Swastiastu,
Namo Budhaya,

Saudari-saudara peserta upacara yang saya hormati,
Saudari-saudara sebangsa dan se-Tanah Air di manapun berada,

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya, maka pada pagi hari ini, Jumat, 20 Mei 2016, kita dapat mengikuti upacara bendera memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-108, dalam keadaan sehat wal'afiat. Teriring doa kepada segenap warga bangsa di manapun berada, yang sedang mengikuti upacara ini, semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Salah satu inspirasi yang bisa kita serap dari berdirinya Boedi Oetomo sebagai sebuah organisasi modern pada tahun 1908 adalah munculnya sumber daya manusia Indonesia yang terdidik , memiliki jiwa nasionalisme kebangsaan, dan memiliki cita-cita mulia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Dengan tampilnya sumber daya manusia yang unggul inilah semangat kebangkitan nasional dimulai.

Perjuangan Boedi Oetomo yang dipimpin oleh Dokter Wahidin Soedirohoesodo dan Dokter Soetomo tersebut kemudian dilanjutkan oleh kaum muda pada tahun 1928 yang kemudian melahirkan Soempah Pemoeda. Dan melalui perjuangan yang tak kenal lelah akhirnya kita dapat memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,

Sejak diproklamirkannya kemerdekaan, kita bangsa Indonesia telah berjanji dan berketetapan hati bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam kondisi dan keadaan apapun.

NKRI adalah negara demokrasi berlandaskan ideologi Pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat istiadat yang hidup di tengah masyarakat. Wilayah NKRI terbentang luas dari Sabang hingga Merauke, terdiri dari 17.508 pulau, dihuni oleh penduduk sebesar 254,9 juta jiwa dengan 1.331 suku bangsa, 746 bahasa daerah, dengan garis pantai sepanjang 99.093 kmpersegi. Menjadi kewajiban seluruh komponen bangsa Indonesia secara konsisten untuk menjaga, melindungi dan memelihara tegaknya NKRI dari gangguan apapun, baik dari dalam maupun dari luar dengan cara menerapkan prinsip dan nilai-nilai nasionalime dalam kehidupan sehari-hari.

Komitmen terhadap NKRI ini penting saya tegaskan kembali pada upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-108 ini mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangkah pun surut. Bahkan melalui kemajuan teknologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme, misalnya, mendapatkan medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya.

Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara kultural. Munculnya kekerasan dan pornografi, misalnya, terutama yang terjadi pada generasi yang masih sangat belia, adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa ini yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan. Lagi-lagi, medium baru teknologi digital berperan penting dalam penyebaran informasi, baik posisif maupun negatif, secara cepat dan massif.

Ketika berbicara tentang lanskap dunia dalam konteks teknologi digital tersebut, kita juga menghadapi problem kaburnya batas-batas fisik antara domestik dan internasional. Potensi pergaulan dan kerja sama saling menguntungkan akibat relasi dengan dunia internasional tumbuh makin intens, tetapi juga sekaligus makin rentan terhadap penyusupan ancaman terhadap keutuhan NKRI dari luar wilayah negeri ini.

Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air, ‘

Tantangan-tantangan baru yang muncul di depan kita tersebut memiliki dua dimensi terpenting, yaitu kecepatan dan cakupan. Tentu kita tidak ingin kedodoran dalam menjaga NKRI akibat terlambat mengantisipasi kecepatan dan meluasnya anasir-anasir ancaman karena tak tahu bagaimana mengambil bersikap dalam konteks dunia yang sedang berubah ini.

Oleh sebab itu saya memandang penting tema “Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia yang Bekerja Nyata, Mandiri dan Berkarakter“ yang diangkat untuk peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2016 ini. Dengan tema ini kita ingin menunjukkan bahwa tantangan apapun yang kita hadapi saat ini harus kita jawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandiri dan berkarakter.

Saya berpendapat bahwa ada penekanan pada dimensi internasional dalam tema tersebut. Kerja nyata kita, kemandirian kita, dan karakter kita semua terpusat pada pemahaman bahwa saat ini kita dihadapkan dalam kompetisi global. Persaingan bukan lagi muncul dari tetangga-tetangga di sekitar lingkungan kita saja, sebaliknya justru inilah saat paling tepat bagi kita untuk bahu membahu bersama sesama anak bangsa untuk memenangkan persaingan-persaingan pada aras global, karena lawan tanding kita semakin hari semakin muncul dari seantero penjuru dunia. Sebagai satu kesatuan, mau tak mau kita harus bangkit untuk menjadi bangsa yang kompetitif dalam persaingan pada tingkat global tersebut.

Pada aspek-aspek kerja nyata, kemandirian, dan karakter kitalah terletak kunci untuk memenangkannya.

Kini bukan saatnya lagi mengedepankan hal-hal sekadar pengembangan wacana yang sifatnya seremonial dan tidak produktif. Kini saatnya bekerja nyata dan mandiri dengan cara-cara baru penuh inisiatif, bukan hanya mempertahankan dan membenarkan cara-cara lama sebagaimana yang telah dipraktikkan selama ini. Hanya karena telah menjadi kebiasaan sehari-hari, bukan berarti sesuatu telah benar dan bermanfaat. Kita harus membiasakan yang benar dan bukan sekadar membenarkan yang biasa.

Untuk saudara-saudaraku yang diberi amanat Allah untuk mengemudikan jalannya bahtera pemerintahan, saya mengajak untuk menyelenggarakan proses-proses secara lebih efisien. Mari pangkas segala proses yang pelayanan yang berbelit-belit dan berkepanjangan tanpa alasan yang jelas. Mari bangun proses-proses yang lebih transparan. Mari berikan layanan tepat waktu sesuai jangka waktu yang telah dijanjikan.

Proklamator dan presiden pertama RI, Ir Soekarno, pernah menekankan tentang pentingnya membangun karakter bangsa. Menurut Beliau “membangun suatu negara, membangun ekonomi, membangun teknik, membangun pertahanan, adalah pertama-tama dan pada tahap utamanya, membangun jiwa bangsa. Tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan pada jiwa yang besar, tidak akan dapat mungkin mencapai tujuannya".

Demikian juga tentang pentingnya kerja nyata kita, Bung Karno berpesan bahwa "Amal semua buat kepentingan semua. Keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan semua."

Semoga peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini juga memperbarui semangat Trisakti: berclaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Jika kita konsisten, saya yakin jalan kemandirian ini lnsya Allah akan membawa bangsa ini mengalami kebangkitan yang selanjutnya, yaitu menjadi bangsa yang lebih jaya dan kompetitif dalam kancah internasional.

Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air,

Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan. Semoga dalam memperingati hari Kebangkitan Nasional ke-108 tahun 2016 ini, kinerja kita semakin baik dan semakin dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Teriring salam, doa penuh harapan kiranya kita semua senantiasa diberikan kemampuan untuk mempertahankan NKRI ini sampai kapan pun, demi kejayaan bangsa Indonesia. Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke-108. Indonesia tetap jaya!

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pidato Sambutan Menteri Kominfo pada Harkitnas 2016

Jakarta, 20 Mei 2016,
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,
RUDIANTARA

Demikian tentang  Naskah Pidato Sambutan Menteri Kominfo pada Upacara Bendera Peringatan Hari Pendidikan Nasional ke-108 (Harkitnas 2016). Semoga semangat juang para Pahlawan bisa menumbuhkan dan/atau meningkatkan rasa semangat para generasi muda saat ini.

Memaknai Hari Kebangkitan Nasional


Oleh: Derry Nodyanto
Guru SMA 1 Pemali Kabupaten Bangka
Derry Nodyanto
Derry Nodyanto
Memperingati 108 tahun kebangkitan Indonesia, selain dihiasi dengan semangat yang senantiasa harus bergelora dalam jiwa masing-masing komponen bangsa, idealnya dihiasi pula dengan upaya refleksi atas capaian-capaian nyata yang telah dilakukan oleh bangsa ini untuk menuju perubahan progress. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada tahun ini, yang mengusung tema “ Mengukir Makna Kebangkitan Nasional dengan Mewujudkan Indonesia Yang Bekerja Nyata dan Berkarakter” mengajak kita semua untuk menyatukan tekad untuk melakukan usaha sadar dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa di era persaingan global terutama berkaitan dengan upaya meningkatkan indeks pembangunan manusia guna mengejar berbagai ketertinggalan kita dengan negara lain.
Tema ini juga menurut penulis merupakan bagian dari strategi pembangunan karakter bangsa (nation-character building) untuk mengajak warga negara Indonesia untuk menjaga dan memelihara eksistensi bangsa sebagaimana diungkapkan oleh Soekarno dengan prinsip trisakti, yakni prinsip berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Prinsip Trisakti inilah sesungguhnya pemaknaan luas Hari Kebangkitan Nasional yang harus dijadikan orientasi dan acuan bagi segenap warga negara Indonesia karena upaya mewujudkan generasi yang bekerja nyata dan berkarakter bukan hanya menjadi kebutuhan bangsa Indonesia semata melainkan juga bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.
Di Indonesia selama ini, apabila kita menyelisik aspek kehidupan bangsa yang kita miliki baik mencakup aspek alamiah atau yang dikenal dengan trigatra (sumber daya alam, geografi, dan demografi) dan aspek sosial yang dikenal dengan pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan) sebenarnya merupakan kekuatan besar untuk memperkuat cita-cita yang telah digaungkan oleh Presiden Pertama RI pada awal kemerdekaan. Akan tetapi, kenyataannya ialah penanganan dan pemanfaatan baik trigatra maupun pancagatra belum dilaksanakan secara optimal. Kelemahan pada salah satu gatra tentu akan melemahkan gatra yang lain pula. Oleh sebab itu, sangat beralasan apabila ketahanan nasional bangsa atau daya tahan (survive) suatu bangsa kunci utamanya terletak pada kualitas sumber daya manusia. Sederhananya ialah keunggulan sumber daya alam yang melimpah tidak akan mengantarkan kejayaan bangsa dalam skala panjang tanpa disertai dengan sumber daya manusia yang berkualitas, handal, dan tangguh dalam menghadapi era megakompetitif abad 21.
Lebih lanjut Razak (2000:3) mengatakan bahwa manusia unggul abad 21 adalah manusia yang memiliki kemandirian yang mencakup tiga dimensi, yakni : (1) Dimensi transendental, yang diterjemahkan dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, beradab dan berakhlak mulia, (2) Dimensi kemampuan pribadi, atau kemampuan profesional termasuk kemampuan untuk mengembangkan indigeneous knowledge yang ada di lingkungannya dan kemampuan untuk menterjemahkan informasi menjadi knowledge; dan (3) Dimensi kesadaran interkoneksitas, yaitu kesadaran akan perlunya dan kemampuan untuk melakukan kerjasama antar personal, interdisiplin, antar wilayah dalam memanfaatkan kemampuan profesional yang dimiliki dan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Termasuk dalam dimensi ini adalah kemampuan untuk memahami dan meresapi nilai-nilai universal seperti transparansi, hak asasi manusia, demokrasi, dan sebagainya.
Dari asumsi di atas hal yang menjadi poin penting bagi bangsa untuk menyongsong pembangunan manusia abad ke-21 dan seterusnya, ialah Indonesia memerlukan manusia-manusia yang mampu mengaktualisasikan penguatan ketiga pilar yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terintegrasi dengan baik agar mampu memaksimalkan segala potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya nasional secara efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya bermuara kepada tetap terpeliharanya identitas bangsa yang telah terkenal sebelumnya. Semoga. (****).

Makna Arti dan Sejarah Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei

Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei memiliki makna, arti, dan sejarah yang menggambarkan perjuangan bangsa dalam meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peringatan Hari Kebangkitan Nasional sendiri, dilakukan untuk mengenang Boedi Oetomo, salah satu organisasi pertama yang bercorak nasionalis di Indonesia. Boedi Oetomo atau dibaca Budi Utomo (BU) dalam ejaan baru, didirikan pada 20 Mei 1908.
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional tidak bisa dilepaskan dari pagi hari tanggal 20 Mei 1908. Ketika itu di sebuah ruang belajar STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen, Sekolah Pendidikan Dokter Hindia),  Soetomo di depan rekan-rekannya mengagas pendirian sebuah organisasi sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Ide Soetomo ini terinspirasi oleh dokter Wahidin Sudirohusodo, yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa.
Jika memaknai dari makna harafiahnya, kata budi dalam frasa Budi Utomo bermakna perangai atau tabiat. Sedangkan utomo berarti baik atau luhur. Jadi Budi Utomo dimaknai sebagai wadah untuk anggotanya mencapai sesuatu berdasar keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat. Pergerakan organisasi ini tentu lebih kompleks. Tujuan awal pendirian BU adalah, memperoleh kemajuan yang harmonis bagi nusa dan bangsa Jawa dan Madura. Ketika pertama kali berdiri, Budi Utomo belum menyasar ide nasionalisme untuk seluruh bangsa Indonesia.
Memang akan ada perdebatan tentang organisasi pertama yang benar-benar mengusung ‘nasionalisme’. Namun, kelahiran Budi Utomo ini dijadikan patokan umum tentang kebangkitan nasional. Untuk pertama kalinya, ada gagasan untuk memisahkan kepentingan golongan, agama, atau suku, untuk merangkul masyarakat yang lebih kompleks. Sejak awal abad XX kemudian lahirlah berbagai organsisasi dan pergerakan, yang berkelanjutan dengan Sumpah Pemuda pada 1928, lantas proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Tahun ini, dalam Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) pada Upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-107 Tahun 2015disampaikan tentang arti dan makna Kebangkitan Nasional. Harkitnas dimaknai sebagai masa bangkitnya semangat, nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan kesadaran sebagai sebuah bangsa. Kebangkitan ini memicu upaya memajukan diri melalui gerakan organisasi modern yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan.
Kini 107 tahun mengenang Kebangkitan Nasional, sudahkah kita bangkit?

Sumber : http://www.iberita.com

TURONGGO MUDHO PERWIRO DESA DLINGO JUARA I FESTIVAL JATHILAN SE- KABUPATEN BANTUL



foto
Dokumentasi : disbudpar Bantul

Rasa syukur dipanjatkan oleh semua anggota Group Jathilan TURONGGO MUDHO PERWIRO dari Dusun Dlingo 1 Desa Dlingo Kecamatan Dlingo karena telah berhasil menjadi Juara 1 Festival Jathilan 2016 se Kab. Bantul telah dilaksanakan pada Sabtu-Minggu, 14-15 Mei 2016 bertempat di Pantai Goa Cemara, Sanden.
"Kami bersyukur atas prestasi ini, semoga pertunjukan kami selalu dapat menjadi hiburan di masyarakat Bantul dan menjadi wadah penyaluran bakat karang taruna di Dusun Dlingo1" tutur Ginardi Ketua Group mewakili semua anggota.

Pada kesempatan itu selain mendapatkan trophi kejuaraan juga mendapatkan uang pembinaan 5 juta rupiah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul.
 Festival diikuti 17 kelompok jathilan mewakili 17 kecamatan se Kabupaten Bantul. Dewan juri yang terdiri dari Drs. Yata, Drs. Gandung Djatmiko, MPd, dan Dra. Nunik Widiasih, MSn berdasarkan penilaian kriteria tertentu memutuskan hasil sbb :

Juara 1                       : Turonggo Mudho Perwiro dari Kecamatan Dlingo
Juara 2                      : Turangga Mudha Tri Budaya dari Kecamatan Sedayu
Juara 3                     : Turangga Seta dari Kecamatan Bantul
Harapan 1                  : Kudha Prasaja dari Kecamatan Srandakan
Harapan 2                 : Timbul Turangga Mulya dari Kecamatan Sedayu
Harapan 3                : Turangga Kaisar dari Kecamatan Banguntapan
Nominator 1             : Sri Mudha Budaya dari Kecamatan Pajangan
Nominator 2           : Beksa Kudha Pangurip dari Kecamatan Kasihan
Nominator 3          : Turangga Mudha Langgeng dari Kecamatan Piyungan.



Peracik Miras Oplosan yang Tewaskan 26 Orang di Yogya Belum Disidangkan

Ilustrasi

HARIAN JOGJA – Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta kembali dihebohkan dengan meninggalnya 10 orang yang tewas akibat mengkonsumsi minuman keras (miras) oplosan. Sebelumnya, daerah yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X ini juga tercatat pernah memiliki kasus yang sama, bahkan, saat itu ada 26 orang yang harus meregang nyawa akibat miras oplosan.
Pihak kepolisian bahkan telah mengamankan Sasongko (45) dan Sori Badriah (42), sebagai tersangka pembuat miras oplosan saat itu. Warga Jalan Adisutjipto, Dusun Ambarukmo, Caturtunggal, Depok, Sleman ditangkap karena meracik miras oplosan yang menewaskan 26 orang pada Februari 2016. Kini, ia masih mendekam di tahanan Polres Sleman karena berkasnya belum dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Sleman.
Kasat Reskrim Polres Sleman, AKP Sepuh Siregar menjelaskan, memasuki bulan ketiga pasca kasus itu mencuat, tersangka Sasongko dan istrinya belum dilimpahkan ke Kejaksaan. Ia beralasan penyidik masih berkoordinasi dengan Kejaksaan untuk melengkapi berkas perkara tersebut.
“Belum, sampai saat ini masih melengkapi berkas perkara, paling pekan-pekan ini akan segera kita limpahkan,” ujar Sepuh, seperti dikutip dari Harian Jogja, Senin (16/5/2016).
Sementara, Kepala Urusan Pembinaan dan Operasional Satreskrim Polres Sleman, Ipda Bowo Dwi Nugroho menjanjikan, pelimpahan berkas perkara Sasongko dan istrinya akan diusahakan pekan ini hingga pekan depan.
Menurutnya, dalam hal kelengkapan berkas tidak ada kendala yang signifikan. Hanya, pihaknya ingin secara keseluruhan bisa lengkap agar bisa benar-benar menjerat tersangka saat sidang di pengadilan.
“Tidak ada kendala, tetapi memang kami harus benar-benar lengkap, kami tidak ingin kalah di pengadilan, karena kasusnya beda dengan Tipiring, kami gunakan UU Kesehatan sekaligus UU Pangan,” ujarnya.
Bowo menegaskan, Polres Sleman tidak berubah dalam menjerat Sasongko, yaitu melanggar Pasal 204 KUHP, UU 18 tahun 2013 tentang Pangan dan UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
“Karena dia memperjualbelikan miras oplosan dengan meracik secara asal-asalan lalu dijual kepada konsumen, jadi belum tahu tingkat keamanan dan higienisnya barang minuman yang dijual tersebut,” tuturnya.
(fds)
 

Korban Tewas Miras Oplosan di Bantul dan Kota Yogya Jadi 10 Orang

Hasil gambar untuk 10 tewas miras di jogja 
Bantul - Korban tewas akibat miras oplosan di Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta bertambah. Sebelumnya ada 9 orang, kini bertambah menjadi 10 orang termasuk salah satunya anggota TNI.

"Ia benar sekarang 10 orang, Bantul 8 orang dan Kota Yogya 2 orang,"kata Kasatreskrim Polres Bantul AKP Anggaito Hadi Prabowo, Minggu (15/5/2016).

Anggaito mengatakan tempat penjualan miras oplosan yang membuat korban bergelimpangan ini diduga di dua lokasi berbeda, yakni di daerah Banguntapan, Bantul dan Sewon, Bantul. Beberapa korban ada yang masih menjalani perawatan di rumah sakit. Korban tewas juga sempat di rawat di rumah sakit.

Polisi telah mengamankan dua orang penjual miras, salah satunya bernama Feriyanto telah ditetapkan sebagai tersangka. Polisi mengamankan barang bukti dari tersangka sebanyak 81 botol miras oplosan yang dikemas dalam botol air mineral.

Dari keterangan penjual yang telah diamankan, miras oplosan didapatnya dari penjual besar. Penjual besar inilah yang meracik miras oplosan yang kini diburu polisi.

Berikut data sementara 10 korban miras oplosan di Bantul dan kota Yogyakarta. Mereka meninggal sejak mulai hari Jumat (13/5) lalu. Mereka yakni; Budi Kahono (37), warga Demangan, Ponogaran, Jambidan, Banguntapan, Bantul. Sigit Purnomo (29), warga Genengan, Mertosanan Kulon, Potorono, Banguntapan, Bantul. Eko Purwoko (30), warga Salakan, Bangunharjo, Sewon Bantul. Gunawan (36), warga Randubelang, Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul.

Pardiyo (41), anggota TNI AD asal Krondahan, Pendowoharjo, Sewon. Sujiyo (52), warga Mrican, Umbulharjo, Yogyakarta. Wahyudi (31), warga pacar, Timbulharjo, Sewon. Nurdin (32), warga Ngablak, Sitimulyo, Piyungan. Sudarno alias Kisud (46), warga Trayeman, Tambalan, Pleret, dan Sabri, warga Ponggalan, Umbulharjo, Yogyakarta.


(miq/miq)

Sumber : detik.com

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT