Budidaya Tanaman Garut

Berbudidaya tanaman garut sangat berpotensi untuk mendatangkan keuntungan yang tinggi bagi petani, karena  tanaman garut bisa tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 0 sd. 900 m. dpl. Tetapi hasil optimum akan diperoleh pada lahan dataran menengah, antara 200 sd. 600 m. dpl. Selain itu tanaman garut merupakan tanaman yang mampu beradaptasi terhadap naungan, seperti di bawah tegakan pohon serta di lahan marginal sehingga tanaman garut berpotensi dikembangkan di lahan hutan atau pekarangan. Titiek F al. (2010) menyatakan, tanaman garut dapat tumbuh di tempat yang ternaungi tanpa menurunkan kualitas maupun karakteristik umbi. Budi daya tanaman berdasar garut sudah dilakukan secara besar-besaran pada lahan 18.000 ha dengan produktivitas rata-rata 20 t/ha (Anonim 2006). Namun, hasil survei Direktorat Budidaya Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menunjukkan, tanaman garut belum dibudidayakan secara intensif di Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Maluku. 
 
Tanaman garut berpotensi sebagai pengganti padi, karena selain cara budidayanya yang sangat sederhana dan bisa ditanam dimana-mana, kandungan gizi pada umbinyapun hampir sama dengan padi. Tiap 100 gram tepung garut mengandung karbohidrat 85,2 gram atau setara dengan 355 kalori. Ini lebih kecil dibanding tepung gaplek yang mencapai 88,2 gram setara 363  kalori. Tetapi angka tersebut lebih tinggi dari beras yang hanya 78,9 gram (360 kalori) dan gandum 77,3 gram (365 kalori). Meskipun penggunaannya sangat luas, masyarakat awam masih banyak yang belum tahu tanaman garut, beda dengan singkong, ubi jalar, talas bahkan keladi yang sudah sangat memasyarakat. Secara rinci kandungan gizi pada tepung garut, tepung terigu dan beras giling adalah sesuai pada table di bawah ini :
 
Tabel kandungan gizi tepung garut, tepung terigu dan beras giling
Kandungan Gizi Beras Giling Tepung Terigu Tepung Garut
Kalori (kal)
Protein (gr)
Lemak (gr) 
K.hidrat (gr)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg) 
Zat besi (mg)
Vit. A (Sl)
Vit. B1 (mg)
Vit. C (mg) 
Air (gr) 
360,00
6,80
0,70
78,90
6,00
140,00
0,80
0,00
0,12
0,00
13,00 
365,00
8,90
1,30
77,30
16,00
106,00
1,20
0,00
0,12
0,00 
12,00
355,00
0,70
0,20
85,20
8,00
22,00
1,50
0,00
0,09
0,00
13,60 
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, 1981
 
Tanaman garut termasuk produk unggulan, karena tingginya manfaat ekonomi dan kesehatan yang terkandung di dalamnya. Manfaat garut bukan saja digunakan untuk pangan, tetapi juga untuk bahan baku industri. Pati garut dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, obat-obatan, kimia, kosmetik, tekstil, kertas dan karton. Oleh karena itu tanaman garut sekarang sangat dianjurkan untuk di budidayakan.
 
Gambar 2.  Ubi Garut
 
Garut merupakan tanaman multifungsi, antara lain penghasil pati dan bahan baku industri emping garut, yang diketahui sebagai makanan sehat. Limbah pengolahan umbi garut berupa kulit dan ampas dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Umbi garut merupakan penghasil pati yang potensial dengan hasil pati berkisar antara 1,92−2,56 t/ha (Hidayat, D. 2002). Pati garut dapat digunakan sebagai bahan substitusi terigu hingga 50−100%. Oleh karena itu, pati garut berpotensi menurunkan impor terigu yang telah mencapai 4,10 juta t/tahun dengan nilai Rp3,40 triliun.
 
Tanaman garut walaupun mempunyai multifungsi tetapi sistem penanamannya masih  sebagai tanaman tumpangsari (berada bersama dengan tanaman lain) atau sebagai tanaman semiliar di batas tanah-tanah miring, sudut pekarangan rumah, dsb., tetapi belum dijadikan sebagai tanaman budi daya seperti layaknya singkong, ubi-jalar, talas, dsb. 
 
Tanaman garut mudah ditanam. Bibit yang akan di tanam dengan memanfaatkan umbi yang  memiliki mata tunas. Usia tanaman ini mencapai 7 tahun dan dapat panen setiap tahun.  Perbanyakan tanaman garut dilakukan dengan memotong sebagian kecil dari rimpang yang bertunas.  Bahan tanam yang digunakan adalah umbi yang dipotong-potong sehingga mengandung 2-4 buku atau sepanjang 4-7 cm,  kemudian ditanam langsung atau ditumbuhkan dahulu menjadi bibit. Jarak tanam tanaman garut sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi lahan yang ditanaminya, ada yang  50 - 60 cm x 15 – 30 cm, 40 x 80 cm, 20 x 50 cm untuk penanaman secara monokultur, dan 75 x 15 sampai 20 cm bila ditanam tumpangsari. Pemupukan dengan campuran urea, TSP dan KCl  dengan perbandingan 2 : 1 : 1 (Anonim, 2006).  
  
Budidaya tanaman garut tidak terlalu banyak hama penyakit yang menyerang, bahkan  ada pada umumnya serangannya kurang membahayakan pertumbuhan tanaman.  Satu-satunya jenis hama yang penting adalah ulat penggulung daun (colopedes athlius cran), ciri-cirinya daun yang terserang melinting (menggulung), karena ulat ini menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat proses asimilasi yang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan umbi garut. Hama ini dapat diatasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan larutan yang mengandung arsenik.
 
Hasil utama tanaman garut adalah umbi.  Umbi dapat dipanen pada umur 10-11 bulan, bila daunnya mulai melayu (Anonim, 2006). Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. 
 
Cara panen umbi garut sangat bergantung pada varietas/kultivar yang digunakan. Untuk kultivar yang letak umbinya dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan sampah-sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organikyang sangat membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan dapat berkisar antara 7,5 - 37 ton umbi per hektar.
 
Bahan Bacaan
1. Anonim.  2006.  Garut, Pengganti Gandum dan Beras Berkhasiat Obat.  www.  Idionline.  Org/05 infodk obattrad 5. Htm.
2. Rukmana, R.  2000.  Garut, Budidaya dan Pasca Panen.  Kanisius. Yogyakarta.
3. Hidayat, D. 2002. Tepung Garut bagi Penyandang Sindroma Down. Umat, 15 February 2002.http://marketing.sragenkab.go.id/kehutanan.html. 2007. Tanaman Garut
4. Titiek F. Djaafar, Sarjiman, dan Arlyna B. 2010. Pustika pengembangan budi daya tanaman garut dan teknologi pengolahannya untuk mendukung ketahanan pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jalan Rajawali No. 28 Demangan Baru, Karangsari, Wedamartani Ngemplak, Sleman Kotak Pos 101, Yogyakarta. 

Sumber : http://bbppketindan.info/arsip/artikel/artikel-pertanian/212-budidaya-tanaman-garut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar terbaik anda untuk kemajuan pemuda Indonesia